Bagi Anda yang sedang mengalami sakit atau memiliki keluhan dan memilih perawatan komplementer sebagai pendekatan kesembuhanya uraian berikut akan sangat membantu.
Perawatan komplementer adalah model perawatan pasien dengan mengunakan pendekatan terapi – terapi non-farmakologi. Perawatan ini dinamakan komplementer atau pelengkap karena diposisikan sebagai model perawatan pelengkap perawatan konvensional yang sudah berjalan di rumah sakit. Meskipun beberapa ahli terapi non-farmakologi menganggap hal itu kurang pas, karena terapi – terapi non-farmakologis bisa jadi memiliki cara dan proses yang mandiri dalam menentukan diagnosa, rencana tindakan, terapi, dan evaluasinya.
Terlepas dari hal tersebut, mari kita ambil semua untuk kebermanfaatan umat. Dengan tujuan utama kesembuhan, kesehatan, dan kenyamanan dapat diwujudkan secara sinergi.
Dalam menjalani proses perawatan komplementer ada beberapa hal yang harus dipahami.
Hampir sama dengan obat yang memiliki indikasi dan kontraindikasi, terapi komplementer juga harus mempertimbangkan indikasi dan kontraindikasinya. Menggapa semua terapi bermanfaat untuk semua keluhan adalah kurang bijak, karena kefektifitasan terapi terhadap kasus tertentu tentunya sangat beragam. Mempelajari terapi yang dipilih dan berkonsultasi pada ahli perawatan komplementer akan sangat membantu Anda.
Dalam perawatan komplementer banyak digunakan terapi – terapi non-farmakologis. Hampir sebagaian besar terapi non-farmakologis diambil dari terapi – terapi tradisional. Hal ini menjadi alasan utama kenapa pendekatan dalam diagnosa mungkin berbeda. Perbedaan ini adalah wajar karena konsep dasarnya juga berbeda. Memiliki diagnosa medis dan menerima cara pandang perawatan komplementer adalah sikap pertengahan yang mungkin akan membantu mempercepat proses kesembuhan anda.
Sebagaimana dengan pengobatan yang perlu pengulangan dan bahkan ada konsep pengobatan seumur hidup (red:sakit seumur hidup), maka dalam perawatan komplementer jika menggunkan terapi perlu juga pengulangan. Pengulangan disini sangat tergantung dari jenis keluhan dan keparahan penyakit. Harapan sekali terapi langsung sembuh sebaiknya tidak dijaga agar tidak berlebihan. Itu semua sangat tergantung dari penyakitnya, kalau cuma masuk angin mungkin bisa sekali terapi sembuh.
Perawat komplementer menjalankan peran merawat dengan pendekatan komplementer. Mereka akan mengkaji, apa masalah utamanya, apa masalah sampinganya, bagaiamana bisa terjadi, apa diagnosa perawatanya dan apa terapi yang tepat untuk masalah tersebut. Sedangkan tukang terapi biasanya pendekatan mereka pada terapi, dia punya terapi apa kemudian menjalankan terapi, biasanya pengkajianya kurang. Semua baik, tapi tentunya tidak sama.
Sering kali kita mendapatkan orang atau bahkan ahli memepertentangkan kedua jenis model perawatan ini. Mereka menganggap kedua hal tersebut tidak bisa jalan bersama. Agak ironis memang, entah apa alasanya, sekedar karena menjaga keilmuan atau masalah ekonomi. Bagi kami keduanya memiliki tujuan yang sama, untuk membuat umat lebih sehat, lebih cepat mendapat kesembuhan, lebih aman dan selamat. Jika tujuanya sudah beda, pasti sulit dipertemukan. Jika sinergi dalam teknis sulit, maka sinergi dalam hati jangan sampai ditinggalakan. Kita lihat negara cina, semuanya bisa berjalan beersamaan, dengan dasar idieologi yang indah, Punya dua tangan lebih baik daripada punya satu tangan.
Bersambung gih.
Jogja, pagi mendung, saat ingat tulus sehati, fkkmk ugm, dan semua pasien saya.
Yang selalu berusaha tulus menemanimu, tulus prasetyo.