Bijaklah, tidak semua penyakit karena jin
Kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman klinis menangani pasien dengan konfilk keluarga. Konflik keluarga yang disulut karena prasangka atas penyakit yang dialami salah satu anggota keluarga. Sore itu datang ke klinik saya satu rombongan keluarga, berjumlah 4 orang. Mereka masuk ke ruang konsultasi dengan harapan segera mendapat kepastian apa penyakit yang diderita oleh salah satu anggota keluarganya.
Salah satu menceritakan riwayat penyakitnya, begini gambaran besarnya. Pasien mengalami nyeri yang tidak tertahanakan di perut. Pasien dibawa ke rumah sakit batesda jogja. Ketika di rumah sakit diperiksa, oleh dokter ditemukan cairan (asites) di perut (abdomen). Hanya dokter belum menemukan dari mana cairan berasal. Kemudian cairan dikeluarkan. Setelah cairan dikeluarkan kondisi tubuh terasa nyaman kembali. Beberapa minggu kemudian pasien merasakan hal yang sama, kemudian dilakukan prosedur yang sama. Agak berbeda dengan kondisi diawal. Setelah pengambilan cairan perut masih terasa tidak nyaman diikuti rasa sesak di ulu hati.
Kondisi yang dialami memicu tanda tanya semua anggota keluarga, terlebih dokter belum menegakkan diagnosa. Ditambah lagi nyeri atau rasa sakit hilang dan timbul pada jam jam tertentu. Kondisi tersbut memicu keramaian antara anggota keluarga, karena beberapa menyarankan agar pasien diruqyah karena kemungkinan ada yang “mengirim”. Pasien tidak terima atas tuduhan tersebut, karena merasa tidak pernah ada apa – apa pada dirinya. Suasana tegang sempat terjadi karena seolah pasien dipaksa untuk mengakui bahwa dia ada JINNYA.
Hal seperti diatas kerap sekali saya temui, saya bahasakan “JINISASI”. Jinisasi adalah anggapan bahwa semua penyakit atau kondisi buruk yang menimpak kita dikarenakan oleh gangguan jin. Anggapan tersebut tentunya tidak tepat. Terlebih dalam kasus kesehatan. Kita coba kaji masalah diatas dengan beberapa penjelasan.
Terkait sakit yang belum terdiagnosa. Penyakit yang belum terdiagnosa bukan berarti penykit setan. Ada gejala atau kondisi kesehatn tubuh yang memang belum tegak rumusan untuk diagnos kondisi tersebut. Bisa jadi penyakit tersebut dalam tingkatan yang lebih rumit atau lebih kompleks sehingga perlu pemriksaan yang lebih canggih, atau perlu pemriksaan yang lebih holistik. Saya sering mendapatkan pasien datang dengan nihil diagnosa (kondisi keluhan tidak terdiagnosa), saya coba dengan pendekatan dignosa kedokteran timur dan Alhamdulillah keluhan bisa diatasi. Dari sini kita belajar tentang pendekatan dalam menganalisa penyakit.
Akhirnya dengan pendekatan lain, pasien yang saya ceritakan bisa hilang keluhanya diatas meja priksa saya. Alhamdulillah. Mari sama – sama menyikapi dengan bijak metode pengobatan ruqyah dan pendiagnosaan jin. Semua penyakit bagus jika diruqyah!, tapi tidak semua penyakit disebabkan oleh gangguan jin!.
Tulus Prasetyo
Kronggahan, Yogyakarta, 19 September 2017
0858-6713-0908