Mukjizat, seperti yang kita tahu adalah hal –hal yang luar biasa yang terjadi pada para nab dan rasul. Allah memberikan mukjizat kepada para nabiNya untuk memperkuat bukti bukti bahwa mereka adalah benar – benar utusan Allah. Jensi dan macam mukjizat beraneka ragam disesuaikan dengan kondisi kaum dan keumuman pada zaman nabi tersebut dikirim. Sebagaimana kita tahu, Nabi musa ‘alahi wa sallam diberikan mukjizat berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular (seperti sihir) karena pada zaman beliau diutus ilmu sihir cukup mendapatkan tempat. Nabi Isa dengan mukjizat kesembuhan, dan Nabi kita dengan mukjizat Al – Qur’an.
Para ulama menyimpulkan bahwa Al – Qur’an adalah mukjizat yang paling agung dari mukjizat – mukjizat lainya. Salah satu keutamaan mukjizat ini adalah tetap tinggalnya mukjizat ini sampai sekarang dan ditinggalkan untuk semua umat. Padahal kalau kita lihat mukjizat – mukjizat nabi sebelumnya hanya berlangsung beberapa saat dan hanya untuk sebagian umat saja. Terlebih salah satu kelebihan mukjizat Al – Qur’an adalah untuk menyembuhkan, sebagaimana yang Allah nyatakan di dalam kita tersebut, “Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi obat (penawar / penyembuh) dan ra hmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS al-Isrâ’/17: 82)
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌوَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّخَسَارًا
Sayangnya mukjizat penyembuhan Al – Qur’an sekarang kurang mendapatkan perhatian dari umat islam sendiri. Sehinggan pendalaman dan pengamalan agar mendapatkan kesembuhan belum berjalan serius, sistematis, dan sinambungan. Umat islam lebih tertarik dengan metode metode “asing” yang menurut mereke lebih canggih. Meski terkadang belum terbukti pula bisa memberikan kesembuhan secara langsung. Mereka lebih silau dengan hal hal yang “asing” daripada dengan wahyu.
Al Imam Ibrahim bin Muhammad al – Banjuri rahimahullah seakan berpendapat tentang kondisi tersebut berkata; “Mukjizat adalah peristiwa yang bersifat supranatural (keluar dari hukum alam) yang terjadi pada Nabi shallallahu’alahi wa sallam, baik bersamaan dengan tantangan atau tidak.” (Tuhfah al – murid syarh Jauharah al – Tauhid, hlm 229). Dewasa ini ada seseorang yang kagum terhadap temuan – temuan modern lalu menggangapnya lebih hebat daripada mukjizat. Tentu saja asumsi orang tersebut sulit diterima akal yang jernih.
Usaha – usaha untuk kembali pada mukjizat penyembuhan Al – Qur’an seharusnya menjadi impian dan cita seluruh umat islam. Sehingga hal tersebut bisa mendukung kita dalam pengamalan islam secara menyeluruh, termasuk dalam mencari kesembuhan. Hal ini bukan berarti kita menolak penemuan penemuan baru dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Akan tetapi lebih bagaimana kita kembali menyadarkan diri akan rasa kepemilkian dan kepdulian terhadap mukjizat Al – Qur’an dengan terus dibarengi usaha usaha pengembangan dan penelitian di bidang kesehatan untuk kemajuan bersama.