Bukan Lansia!.
23 June 2016
Dakwah Kesembuhan!. “Agar Bahtera Tak Tenggelam”
31 July 2016
Show all

True Story: Bekerjasama Merawat Orangtua

Embargoed to 0001 Thursday April 9 Andrew Wilson, a 78 year old retired engineer from South Lanarkshire, Scotland, who had his home fitted with cameras for a Panorama documentary. PRESS ASSOCIATION Photo. Issue date: Thursday April 09, 2009. The Documentary claims elderly people are being neglected by care services which are failing to properly train, check and monitor staff. Mr Wilson told the programme he had not had a shower or a bath for six months. His carer was filmed wiping him down with a flannel while talking to the office on her mobile phone. See PA story MEDIA Care. Photo credit should read: David Gillanders/BBC/PA Wire WARNING: Use of this copyright image is subject to the terms of use of BBC Pictures' BBC Digital Picture Service. In particular, this image may only be published in print for editorial use during the publicity period (the weeks immediately leading up to and including the transmission week of the relevant programme or event and three review weeks following) for the purpose of publicising the programme, person or service pictured and provided the BBC and the copyright holder in the caption are credited. Any use of this image on the internet and other online communication services will require a separate prior agreement with BBC Pictures. For any other purpose whatsoever, including advertising and commercial prior written approval from the copyright holder will be required.

Berbagi pengalaman tentang merawat orang tua. Selama kurang lebih 2 bulan saya mendampingi perawatan lansia yang bed rest dengan kemampuan fungsional sedang. Beliau mengalami pengeroposan tulang di kedua kakinya. Kemampuan jalan kurang, hanya bisa berjalan dengan bantuan kruk dalam jarak 5-7 meter. Kesehatan umunya baik, sejak pertemuan pertama sampai 2 bulan terakhir tekanan darahnya ada pada kisaran 110/70. Turgor kulit bagus, dan tidak ada tanda adanya penyakit kronis.

Ketika pertama kali saya bertemu dengan beliau, saya lihat keadaan memang tidak terlalu baik. Wajahnya tampak tampak melas, tua, dan ada keputusasan. Kondisi jiwa yang tidak bergairah tergambar dari badan dan gestur yang tidak bertenaga cenderung ingin diam dan tidur terus. Keluarga menyampaikan bahwa beliau sering terlihat murung, sedih, dan seperti menaggung masalah yang berat.

Kala itu beliau mendapatkan resep dari doker, diantaranya; curcuma, meloxicam, fit bon, cal, dan imunos plus. Resep standar untuk menjaga kesehatan geriatri (lansia). Karena bed rest beliau menggunakan pempers, kelembaban kulit yang buruk dan tekanan terus menerus membuat luka di bagian selakangan kiri dan kanan.

Pengkajian masalah selesai, kami bertemu dengan keluarga untuk memyampaikan hasil pengkajian dan rencana perawatan. Ketika bertemu dengan keluarga saya mulai dengan kalimat, “Bapak harus diopeni (dirawat), sayang kalau tidak diopeni (dirawat). Semua fungsi tubuhnya masih baik”. Kami sampaikan harus dirawat, bukan karena saya bekerja di agensi perawatan khusus geriatri. Saya sampaikan harus dirawat, adalah bentuk motivasi agar keluarga memperhatikan beliau. Beliau masih baik semunya, kemampuan melihat masih bagus, kemampuan mendegar masih bagus, kemampuan kognitif dan sosial masih bagus. Sayang kalau kemapuan kemampuan tersebut tidak dirawat, diabaikan dengan cara hanya dikurung di dalam kamar. Saya yakin, tidak sampai setengah tahun pasti kondisnya kesehatan akan sangat menurun.

Manusia itu tumbuh, berkembang, dan terus berasa. Tumbuh, kembang, dan rasa ini erat kaitanya dengan stimulus lingkungan. Kalau hanya dikurung di dalam kamar, meski ada ac, ada makanan lengkap, tanpa ada stimulus, diantaranya berupa interaksi, kasih sayang, sentuhan, pasti akan memburuk, melemah, dan rasa kemanusiaanya perlahan disfungsi hingga akan berdampak pada buruknya kondisi seseorang.

Saya ingatkan keluarga tersebut untuk selalu memberi perhatian ke beliau, meskipun dengan cara yang sederhana. Saya tidak mengatakan harus ditunggu terus, tidak!, beri perhatian yang wajar saja, dan tidak berlebihan. Saya tahu semua anggota keluarga memiliki kewajiban dan aktifitas masing masing. Mohon perhatian, “memberikan perhatian jangan selalu dibenturkan dengan kesibukan. Ini masalah rasa, tinggal dibahasakan saja rasa tersebut dengan berbagai sarana teknis yang sesuai kemampuan.” Makan bisa dibeli di warung makan, vitamin dan obat bisa dibeli di apotek, lalu kasih sayang, motivasi, dukungan, dan penghargaan, mau Anda beli dimana kiranya?.

Setelah perawatan saya jalan beberapa minggu, kami puas dan senang. Kondisi beliau mulai membaik, semangat, dan memiliki harapan kembali untuk berjuang melawan kelemahanya. Beliau sekarang sudah tidak pakai pempres, tingkat kemandirian meningkat, dan rasa “hidup” bisa dirasakan oleh orang disekelilingnya. Bahkan pada kesempatan tertentu beliau menyampaikan, “kondisi saya sudah sehat, hanya kaki saya yang mengalami kelemahan”. Keluarga beliau juga merasakan adanya perkembangan dan perbaikan.

Jujur saya senang dan puas. Karena merawat pasien itu seperti bercocok tanam, ketika melihat pasien tumbuh, berkembang, dan membaik, rasanya seakan akan seperti petani yang akan segera panen. Senang dan bangga.

Ns. Tulus Prasetyo

Yogyakarta, 21 Juni 2016

5 Comments

  1. Subhanalloh mas tulus, hafidzohulloh ta’ala.
    tulisannya bermanfaat sekali..

    monggo mampir di:
    http://www.doktermuslim.com

  2. Bachtiar says:

    Kaifa halukum yaa akhi, lama tak ada kabar,,,
    bagaimana prinsip perawatan lansia selama pengalaman antum,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *